Dulu, sulit bagi Zsazsa Caesar untuk membayangkan dirinya menjadi seorang model. Zsazsa lahir di Bandung, Jawa Barat pada 1 Juni 1995, dengan kondisi fisik yang normal. Sampai ia berusia lima tahun, terjadi keganjilan pada kulitnya. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
"Pertama muncul di kaki, dokter bilang panu. Tapi aku pakai obat panu kok nggak sembuh-sembuh. Lalu orangtua bawa aku ke dokter lain, akhirnya ketahuan vitiligo," cerita Zsazsa kepada Wolipop belum lama ini. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Dari kaki, vitiligonya menyebar ke sekujur badan, bahkan sampai muka sekalipun. Sejak itu, kehidupan Zsazsa berubah. Sibuk menutupi kulit dengan stoking dan plester luka menjadi ritualnya sebelum keluar rumah. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Masa kecilnya kurang bahagia karena ia selalu menghadapi ejekan. Teman-teman sekelasnya bahkan sering memanggil Zsa Zsa sapi karena bercak-bercak putih di kulitnya. "Aku sampai nggak mau masuk sekolah karena malu," kenangnya. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Pernah juga suatu kali ada seorang ibu dan anak menjauh dari Zsazsa saat berpapasan di mal seolah ia sedang membawa penyakit menular. "Stigma-stigma seperti vitiligo bisa menular, vitiligo aib atau kutukan masih sering ada. Padahal itu tidak benar sama sekali," katanya.
(Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Sampai suatu saat, Zsazsa menemukan kembali makna hidup ketika bertemu teman lamanya. "Waktu itu temanku bilang, justru vitiligo ini yang membuat Zsazsa menjadi Zsazsa sebenarnya. Aku seperti ditampar. Selama ini aku jadi siapa ya? Seumuran hidup aku akan punya vitiligo dan mau sampai kapan aku menolak terus?" katanya. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Keberanian Zsazsa untuk lebih terbuka dan tampil apa adanya ternyata membuka pintu peluang yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Suatu waktu pada 2019, Zsazsa yang kala itu baru lulus kuliah menemani temannya yang seorang pemilik produk perawatan rambut rapat bersama seorang fotografer. Diungkapkan sang fotografer bahwa model yang seharusnya tampil untuk pemotretan produk tersebut berhalangan datang. Tanpa diduga, Zsazsa diminta untuk menggantikan model tersebut. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Aksi Zsazsa sebagai model 'dadakan' tersebut menuai pujian dan mendapat apresiasi dari banyak orang, terutama mereka yang mengidap vitiligo. Inbox Instagram Zsazsa penuh dengan ucapan terima kasih karena berkat dirinya mereka mulai belajar untuk menerima diri sendiri. (Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)
Di dunia modeling, Zsazsa merasa menemukan suaranya. Beberapa kali ia diundang sebagai pembicara di sebuah forum untuk berbagi pengalamannya sebagai pengidap vitiligo. Namun, terkadang perempuan yang bercita-cita menjadi psikolog ini merasa kurang percaya diri berbicara di depan umum. "Kalau lewat modeling, tanpa aku ngomong orang sudah bisa melihat," ungkap Zsazsa.
(Foto: Grandyos Zafna/detikfoto)