Tas 'Ramah Copet' Warnai Pekan Mode Dunia, Diprediksi Jadi Tren Fashion 2026
Dunia mode tampaknya sedang mencerminkan kekacauan zaman. Dalam gelombang ketidakpastian sosial dan politik global, para desainer papan atas di Milan dan Paris memilih cara unik untuk menerjemahkan keresahan itu lewat tas tangan yang hanya bertali satu-miring, terbuka, dan tampak rentan, seolah mengajak risiko datang menghampiri.
Di Paris Fashion Week Spring-Summer 2026, tas tersebut cukup mendominasi. Peragaan Chanel yang menampilkan koleksi perdana Matthieu Blazy, tas flap bag klasik tampil dalam versi terbuka lebar, nyaris seperti baru saja dijatuhkan dari bahu pemiliknya.
Dalam debutnya di Chanel, desainer Matthieu Blazy menawarkan versi baru dari flap bag klasik nan ikonis dari rumah mode tersebut untuk tren fashion 2026. (Foto: Dok. Chanel) |
Sementara di Dior, debut Jonathan Anderson di lini busana wanita menampilkan tas berhias pita yang menggantung miring di satu sisi, memberi kesan tak seimbang namun tetap anggun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Milan Fashion Week, Fendi menghadirkan Peekaboo dengan sisi terbuka yang memperlihatkan interior berhiaskan payet, sedangkan Loewe, di bawah arahan kreatif baru Jack McCollough dan Lazaro Hernandez, memperkenalkan Amazona 180-tas kulit bertali tunggal yang sengaja dibiarkan setengah terbuka, dibawa dengan cara sembarangan, dan miring 45 derajat ke kanan.
Meski tampil memikat di runway, desain tas satu tali yang sengaja dibiarkan terbuka bisa jadi sasaran empuk si panjang tangan. "Melihat tas Peekaboo terbuka di runway Fendi, rasanya saya ingin menutupnya sendiri," ujar seorang pengamat mode yang tinggal di New York City, AS, seperti dikutip Marie Claire. "Di kota ini, meninggalkan tas terbuka di tempat umum adalah undangan terbuka bagi copet."
Fendi menghadirkan Peekaboo dengan sisi terbuka yang memperlihatkan interior berhiaskan payet. (Foto: Dok. Fendi) |
Namun, di balik kesan ceroboh itu, tersimpan pesan simbolik. Anderson, yang dikenal dengan gaya subversif dan eksperimentalnya, tampak sengaja menentang estetika klasik Dior yang biasanya rapi dan elegan. Sementara di Tod's, versi yang lebih "aman" hadir lewat flap besar yang menutupi bukaan tas-tanda bahwa meski mode bereksperimen, fungsi tetap tak sepenuhnya diabaikan.
Tren ini menyoroti sesuatu yang lebih dalam dari sekadar aksesori. Dunia sedang terasa miring dan tidak stabil-dan para desainer seolah menyalurkan perasaan itu lewat tas yang "tidak sempurna." Tas bertali tunggal ini menjadi simbol kerentanan, kejujuran, dan mungkin juga bentuk penerimaan terhadap ketidaksempurnaan.
Tas Tod's. (Foto: Getty Images) |
"Kadang, saya juga merasa seperti tas itu," tulis penulis fashion Emma Childs dalam laporannya. Ia melanjutkan, "Sedikit miring, terbuka, tapi tetap berusaha bertahan di tengah badai."
Mungkin, di era yang serba tidak pasti ini, tas yang tampak rawan kehilangan barang justru menjadi cermin paling jujur dari kehidupan modern.
(dtg/dtg)
Health & Beauty
Auto Cantik! Styling Rambut Jadi Cepat & Mudah dengan NVMEE Taurus Hair Styler 2.0
Health & Beauty
Wajib Dicoba! 3 Body Lotion Wangi & Melembabkan Yang Bikin Mood Naik dan Kulit Makin Glowing
Health & Beauty
Yuk Kenalan Sama Blackmores Ultimate Radiance Skin, Suplemen Kulit dari Dalam Untuk Wajah Glowing dan Awet Muda!
Fashion
Anti Gerah dan Bau! 3 Jaket Sport ini Bisa Jadi Pilihan untuk Temani Aktivitasmu
Dasi Kembali Jadi Tren, Desainer Lokal Beri Versi Wastra yang Unik
5 Tren Fashion dari NYFW Spring-Summer 2026 yang Layak Jadi Inspirasi
Tren Sepatu 2026 dari New York Fashion Week: Sandal Jepit Naik Kelas
Dari Ring Tinju ke Runway, saat Boxing Sneakers Menjadi Tren Mode
Loafers Diprediksi Tetap Dominasi Tren Sepatu Sepanjang 2026
Potret Bhavitha Mandava, Model India Cetak Sejarah, Direkrut di Stasiun Kereta
Penumpang Pesawat Ramai-Ramai Pakai Piama di Bandara, Ada Apa?
7 Foto Prewedding Vintage Amanda Zahra & Adli, Intim di Kamar Tidur
7 Foto Mesra Dearly Djoshua & Ari Lasso, Kini Umumkan Putus
















































