×
Ad

Pesona Songket Pewarnaan Alami dari Temma Prasetyo dan Maya Ratih di JFW 2025

Daniel Ngantung - wolipop
Sabtu, 26 Okt 2024 19:00 WIB
Koleksi Temma Prasetio dan Maya Ratih di presentasi bertajuk 'Pupuk Indonesia Menenun Benang Emas Sriwidjaja' dalam rangkaian JFW 2025. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)
Jakarta -

Ketika mendengar wastra khas Sumatera Selatan, atau biasa orang menyebutnya songket Palembang, mungkin terbayang kain bermotif etnik yang mengkilap berkat benang emas atau peraknya. Di panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2025, muncul tawaran yang berbeda tanpa meninggalkan jati diri sebuah songket.

Pada hari ke-5 JFW 2025, Jumat (25/10/2024), muncul koleksi persembahan desainer Temma Prasetyo dan Maya Ratih. Koleksi mereka disajikan di peragaan bertajuk 'Pupuk Indonesia Menenun Benang Emas Sriwidjaja'.

Kedua perancang digandeng oleh PT Pupuk Indonesia, salah satu sponsor JFW 2025, untuk menggarap kain tenun songket dari para perajin yang tergabung dalam UMKM binaan mereka. Perusahaan BUMN itu tercatat telah memiliki 1.817 UMKM binaan, yang 336 di antaranya perajin wastra nusantara.


KKoleksi Temma Prasetio. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Bagi Temma yang sudah berulang kali memamerkan karya di JFW, berkreasi dengan kain tradisional bukan sesuatu yang asing baginya. Beberapa tahun terakhir ini, beberapa koleksi busana prianya didominasi kain Sumba khas Nusa Tenggara Timur (NTT). Sampai akhirnya, ia pertama kali 'berkenalan' dengan tenun songket setelah diajak berkolaborasi untuk peragaan ini.

Pemenang Lomba Perancang Mode (LPM) Menswear 2018 ini merasa senang sekaligus tertantang karena songket yang digarapnya terbuat dari pewarnaan alam, sesuatu yang berbeda dari kain-kain khas Sumatera Selatan pada umumnya. Baru beberapa tahun terakhir teknik tersebut dikembangkan di sana.

"Kalau dari teknik pewarnaan, sebenarnya tidak beda jauh dari kain NTT. Bahan-bahannya pun sama. Bedanya hanya hasil akhir saja. Efek warnanya cenderung lebih dove dan muted," ujar Temma jelang peragaan.

Koleksi Temma Prasetio. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Tantangannya, bagaimana membuat kain yang tergolong baru tersebut lebih mudah diterima pasar atau audiens yang selama ini memiliki persepsi bahwa songket khas Sumsel harus menggunakan benang emas dan perak. Di sisi lain, Temma juga ingin karyanya relevan dengan tren anak muda.

Hadirlah 24 set busana pria yang didominasi oleh pilihan setelan dengan pendekatan cutting yang dekonstruktif. Potongan tersebut pun senada dangan motif tenun Sumsel yang berkarakter geometris. Dari harmonisasi tersebut, kain yang berwarna kalem ini menciptakan pesonanya sendiri tanpa menganulir ciri khasnya.

Kain diaplikasikan Temma, sesekali sebagai aksen ataupun secara penuh. Misal untuk look pembuka, ia menampilkan atasan model beskap dengan gaya double-breast dan kain songket sebagai bawahan. Kesan modern muncul lewat tampilan asimetris dari satu lengan yang dihiasi aksen anyaman.

Koleksi Temma Prasetio. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Bonus, kain jumputan yang tak kalah menawarkan daya tarik tersendiri. Styling dengan gaya layering membuat koleksi ini jauh dari kata monoton. Ditambah lagi aksentuasi yang kental pada kerah, seperti pussybow yang memberi vibe 70-an.

Sementara itu, Maya Ratih mengemas tenun songket dengan keahliannya membuat evening wear. Ia memadukan kain tersebut dengan material seperti jacquard, velvet, taffeta dan linen yang diolahnya untuk menyempurnakan gaunnya yang bersiluet struktural.

Diawali dengan terusan off-shoulder yang menawan, kemudian gaun berpeplum menutup presentasi busana yang juga terdiri dari 24 looks itu.

Karya Maya Ratih. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Tampilan yang glamor menjadi hasil akhir yang cukup memuaskan untuk dinikmati. Namun buat Maya pribadi, spirit pemberdayaan perempuan yang memberinya kepuasan tak tergantikan lewat karyanya

"Ini adalah cara untuk menampilkan kekayaan warisan lokal, sekaligus memberdayakan para perempuan yang bekerja di balik produksi kain tersebut. Saya senang sekali terlibat dengan berbagai kegiatan yang mengangkat pemberdayaan wanita, khususnya para perajin kain," ungkap desainer.

Karya Maya Ratih. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Ketua Umum Perkumpulan Istri Karyawan Pupuk Indonesia (PIKA-PI) Tata Rahmad Pribadi mengungkapkan, keterlibatan mereka di JFW kali ini adalah bentuk komitmen untuk melestarikan budaya sekaligus memberdayakan para perajin songket yang selama ini bekerja di balik layar.

"Kami percaya bahwa dengan memberikan dukungan bagi tangan-tangan terampil yang melahirkan karya memukau dunia tersebut, dapat menjadi salah satu kekuatan ekonomi dari sektor ekonomi kreatif," katanya.

Temma Prasetio, Tata Rahmad Pribadi, dan Maya Ratih usai presentasi 'Pupuk Indonesia Menenun Benang Emas Sriwidjaja' di JFW 2025. (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)


Simak Video "Video: 4 Kegiatan yang Bisa Kamu Lakuin di Brightspot Market 2025"

(dtg/dtg)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork