Selain mengikuti fashion yang silih berganti, gaya berpakaian sering kali dipengaruhi karena lingkungan. Baru-baru ini pun di China muncul tren busana semi formal di kalangan wanita tapi bukan hanya untuk bekerja. Dikatakan banyak wanita muda di sana sengaja memilih baju berkesan rapi dan menutupi bagian tubuhnya, salah satu untuk mencegah di-body shaming.
Di media sosial China belakangan muncul tren fashion #oldmanstyle. Dalam berbagai postingan, banyak wanita muda menampilkan diri mereka mengenakan baju ala 'bapak-bapak'. Bukan berarti memakai busana ayah mereka tapi gayanya mirip dengan pria tua kantoran. Beberapa penyebabnya adalah menghindari tekanan untuk terlihat langsing sekaligus menghindari body shaming.
Hal tersebut disampaikan oleh May, seorang gen Z yang beratnya bahkan hanya 50 kg. Meski tidak obesitas, ia mengaku kesulitan untuk mencari busana yang pas di bawah ukuran XXL. Dilansir Sanlaian Lifelab, May menemukan dunia baru ketika menemani ayahnya beli baju. Setelah mencoba fashion pria dewasa, ia merasa jika gaya busana yang juga sedang tren di Barat itu membuat nyaman dan merasa dihormati.
Selain May, cukup banyak wanita lain yang memiliki pengalaman serupa. Beberapa beralih ke baju pria karena kebanyakan brand di sana merilis koleksi dengan ukuran terlalu kecil. Hal tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk body-shaming. Karenanya, mereka memilih pakaian yang memang ditujukan untuk menutupi perut besar pria-pria tua sehingga tidak perlu takut naik berat badan.
Beberapa wanita menerapkan gaya demikian untuk terlihat profesional dan dewasa. Tapi tak sedikit pula yang hanya menerapkan untuk masalah kepraktisan. "Aku menerapkan gaya pria tua karena bisa bekerja lebih mudah dan tidak merasa bersalah ketika kotor," kata wanita bernama Azaki.
Hal lain yang membuat old man style digemari di China adalah karena baju pria terkadang lebih murah. Dilansir SCMP, beberapa situs belanja terkenal, termasuk Taobao menjual rompi pria mulai dari 20 yuan atau Rp 42 ribuan sedangkan kamisol bisa lebih dari 100 yuan atau Rp 211 ribuan.
Di China sendiri, protes sering kali dilayangkan oleh pelanggan wanita China terkait pajak pink. Dikatakan jika brand memberikan pajak yang lebih tinggi kepada wanita daripada pria. Hal tersebut tentu membuat harga yang mereka bayar jadi lebih banyak.
(ami/ami)