Daftar Brand Fashion Prancis yang Ikut Tersenggol Seruan Boikot Presiden Turki
Jumat, 30 Okt 2020 14:31 WIB
Deretan brand fashion asal Prancis sedang disorot menyusul seruan pemboikotan dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ajakan ini muncul sebagai bentuk protes terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai telah menghina Islam.
Pernyataan kontroversial Macron tersebut dilontarkan untuk menanggapi kematian seorang guru Prancis yang memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada muridnya. Dalam pidatonya, ia menyebut korban bernama Samuel Paty tersebut dibunuh karena "Para Islamis menginginkan masa depan kami".
Atas ucapan Macron, Erdogan pun tak tinggal diam dengan menyerukan pemboikotan terhadap produk-produk bikinan perusahaan Prancis.
"Kini saya menyerukan kepada bangsa kita, sebagaimana yang telah terjadi di Perancis untuk tak membeli merek-merek Turki, maka saya menyerukan kepada bangsa saya di sini dan mulai sekarang: jangan perhatikan barang-barang berlabel Perancis, jangan beli barang-barang itu," katanya dalam sebuah pidato di televisi, Senin (26/10/2020).
Hanya dalam hitungan jam, Turkish Youth Foundation (TÜGVA), sebuah organisasi yang erat kaitannya dengan pemerintah, mengunggah foto berisi daftar merek Prancis untuk diboikot. Foto tersebut langsung marak beredar di media sosial.
Selain merek otomotif seperti Renault dan Peugeot, terdapat pula nama-nama besar dari dunia fashion. Berikut enam di antaranya:
1. Christian Dior
![]() |
Sesuai namanya, jenama yang satu ini didirikan oleh Christian Dior dan telah eksis sejak 8 Oktober 1946. Di bawah arahan sang pendiri, Dior merebut perhatian dunia dengan desainnya yang dianggap inovatif karena berbeda dari kebanyakan busana perempuan saat itu.
Bar jacket menjadi salah satu tawaran Dior yang menggebrak dunia fashion sehingga mendapat julukan New Look. Seiring berjalan waktu, Dior sebagai sebuah perusahaan terus berkembang dengan merambah ke produk parfum hingga busana pria.
Saat ini, Dior dipayungi oleh grup LVMH dengan Maria Grazia Chiuri sebagai direktur kreatif untuk koleksi busana wanita. Menurut Forbes, nilai merek ini sudah menyentuh angka US$ 89,6 miliar.
2. Louis Vuitton
![]() |
Meski tergolong merek high-end, awal-mula Louis Vuitton justru jauh dari kesan glamor. Sang pendiri, Louis Vuitton diketahui sebagai seorang pria miskin dari Anchay, sebuah desa kecil di Prancis.
Demi bertahan hidup, Louis Vuitton memulai usaha kecil-kecilan. Ia membuat peti dan koper yang pada akhirnya diminati kaum elite. Toko pertamanya buka pada 1854 sebelum akhirnya berkembang menjadi pembuat tas dan busana ready to wear.
Di era modern, Louis Vuitton yang saat ini dimiliki oleh LVMH telah melalui banyak pergantian kepala kreatif busana wanita dan pria yang hampir semuanya merupakan desainer ternama. Sebut saja Marc Jacobs, Nicolas Ghesquière dan Virgil Abloh. Forbes mencatat, valuasi Louis Vuitton pada 2020 mencapai US$ 47,2 miliar.
3. Yves Saint Laurent (YSL)
![]() |
Eksis sejak 59 tahun lalu, Yves Saint Laurent membuat label ini setelah bekerja untu Dior. Salah satu karyanya, setelan Le Smoking, disebut-sebut sebagai salah satu revolusi terbesar di dunia fashion.
Nama YSL sebagai sebuah brand sempat berganti menjadi Saint Laurent ketika berada di bawah pimpinan desainer Hedi Slimane sebagai direktur kreatif. Pendapatan merek ini diperkirakan mencapai US$ 1,2 miliar.
4. Chanel
![]() |
Seorang wirausahawati sukses bernama Coco Chanel menjadi cikal bakal lahirnya merek legendaris ini. Ia mendirikan Chanel pada 1910. Salah satu karya fenomenalnya adalah Chanel Suit, sebuah setelan berpadu rok yang terbuat dari bawah tweed.
Beberapa tahun setelah Coco Chanel, Karl Lagerfeld mengambil alih urusan desain pada 1983 dan sejak itu pula nama Chanel semakin bersinar. Pada 2018, penjualan Chanel hampir mencapai US$ 11 miliar.
5. Lacoste
![]() |
Identik dengan logo buayanya, Lacoste yang eksis sejak 1933 ini menjual produk pakaian, aksesori hingga perlengkapan olahraga. Pendirinya adalah pemain tenis Rene Lacoste dan Andre Giller.
Dengan sejarahnya yang erat dengan tenis, Lacoste pun selalu mendukung perhelatan French Open atau Roland Garros. Pada 2016, situs Fashion United mencatat Lacoste memiliki valuasi sebesar US$ 1,03 miliar.
6. Givenchy
![]() |
Hubert de Givenchy mendirikan rumah mode ini pada 1952. Desainnya yang elegan dan feminin berhasil merebut hati para bintang Hollywood dan bangsawan di era 1950-1960an. Little black dress yang dipakai Audrey Hepburn di film Breakfast at Tiffany's menjadi salah satu karya ikonis Givenchy.
Pada 2018, Givenchy kembali menjadi pusat perhatian setelah Meghan Markle memakai gaun karya direktur kreatifnya, Clare Waight Keller.
(dtg/dtg)