Terpesona Cantiknya Tenun Ende NTT yang Berusia 30 Tahun Lebih
Daniel Ngantung - wolipop
Rabu, 14 Des 2016 19:34 WIB
Jakarta
-
Indonesia dikenal dengan keragaman wastra tradisionalnya. Di samping batik, ada pula tenun yang salah satunya datang dari Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Identik dengan warnanya yang cenderung gelap serta motif beragam dengan filosofinya, tenun Ende memancarkan pesona tersendiri.
Kecantikan tenun Ende itu hadir dalam pameran bertajuk 'Pesona Kain & Budaya Ende' di Museum Tekstil Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Barat, 14-20 Desember 2016. Digelar oleh Komunitas Peduli Wastra Indonesia, pameran tersebut bertujuan mengangkat pamor tenun Ende sebagai warisan budaya yang pantas mendapat apresiasi lebih dari masyarakat luas.
"Tenun Ende menyimpan potensi lebih namun kurang diapresiasi. Diharapkan pameran ini dapat lebih mendekatkan masyarakat dengan kain Ende sehingga kelestarian kain dan kesejahteraan pengrajin tetap terjamin," kata Sinta Kaniawati, perwakilan Komunitas Peduli Wastra Indonesia, saat peresmian pameran, Rabu (14/12/2016).
Pameran ini menampilkan 120 lembar kain tenun Ende yang merupakan koleksi Museum Tenun Ikat Ende. Beberapa di antaranya sudah berusia 30 tahun lebih. Salah satunya kain Lawo Keli Mara yang dibuat oleh Suku Lio. Dibuat dengan teknik ikat lungsi, kain ini hadir dalam warna kecokelatan sebagaimana tenun Ende umumnya.
"Dinamakan demikian karena pengrajinnya adalah masyarakat yang tinggal di pegunungan Keli Mara," kata Ali Abubekar, penggagas sekaligus pengelola Museum Tenun Ikat Ende.
Selain itu, lanjut Ali, kain tersebut termasuk yang termahal karena pembuatannya yang cukup rumit. Hargonya berkisar sekitar Rp 15 jutaan ke atas.
Dijelaskan Ali, berbeda dari tenun daerah lainnya, tenun Ende terdiri dari dua elemen, yaitu motif dan ragam hias sehingga terlihat padat. Motifnya sendiri sangat halus. Selain itu tenun Ende terbuat dari pewarnaan alami sehingga warnanya cenderung gelap dan kecokelatan.
Setiap motif juga menggambarkan situasi sosial budaya atau kepercayaan masyarakat setempat. Contohnya, kain yang bermotif gajah. Lalu kain bermotif seperti huruf kanji yang menandai jejak pendatang dari Indo-China di NTT.
"Gajah dipercayai sebagai binatang kesayangan para dewa," kata Ali.
Cara pemakaiannya pun berbeda-beda sesuai tujuan. Semisal untuk acara kedukaan, kain dipakai secara terbalik, bagian atas berada di bawah. Di daerah asalnya, kain tenun Ende dipakai untuk upacara adat, pesta, atau ibadah di masjid atau gereja.
"Umumnya kain Ende dibuat hanya untuk keperluan pribadi misal sebagai persembahan para orangtua untuk anaknya. Tapi kalau sedang butuh uang, baru kain dibuat untuk dijual," terang Ali. (dng/hst)
Kecantikan tenun Ende itu hadir dalam pameran bertajuk 'Pesona Kain & Budaya Ende' di Museum Tekstil Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Barat, 14-20 Desember 2016. Digelar oleh Komunitas Peduli Wastra Indonesia, pameran tersebut bertujuan mengangkat pamor tenun Ende sebagai warisan budaya yang pantas mendapat apresiasi lebih dari masyarakat luas.
Foto: Daniel Ngantung |
"Tenun Ende menyimpan potensi lebih namun kurang diapresiasi. Diharapkan pameran ini dapat lebih mendekatkan masyarakat dengan kain Ende sehingga kelestarian kain dan kesejahteraan pengrajin tetap terjamin," kata Sinta Kaniawati, perwakilan Komunitas Peduli Wastra Indonesia, saat peresmian pameran, Rabu (14/12/2016).
Pameran ini menampilkan 120 lembar kain tenun Ende yang merupakan koleksi Museum Tenun Ikat Ende. Beberapa di antaranya sudah berusia 30 tahun lebih. Salah satunya kain Lawo Keli Mara yang dibuat oleh Suku Lio. Dibuat dengan teknik ikat lungsi, kain ini hadir dalam warna kecokelatan sebagaimana tenun Ende umumnya.
Foto: Daniel Ngantung |
"Dinamakan demikian karena pengrajinnya adalah masyarakat yang tinggal di pegunungan Keli Mara," kata Ali Abubekar, penggagas sekaligus pengelola Museum Tenun Ikat Ende.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Ali, berbeda dari tenun daerah lainnya, tenun Ende terdiri dari dua elemen, yaitu motif dan ragam hias sehingga terlihat padat. Motifnya sendiri sangat halus. Selain itu tenun Ende terbuat dari pewarnaan alami sehingga warnanya cenderung gelap dan kecokelatan.
Foto: Daniel Ngantung |
Setiap motif juga menggambarkan situasi sosial budaya atau kepercayaan masyarakat setempat. Contohnya, kain yang bermotif gajah. Lalu kain bermotif seperti huruf kanji yang menandai jejak pendatang dari Indo-China di NTT.
"Gajah dipercayai sebagai binatang kesayangan para dewa," kata Ali.
Foto: Daniel Ngantung |
Cara pemakaiannya pun berbeda-beda sesuai tujuan. Semisal untuk acara kedukaan, kain dipakai secara terbalik, bagian atas berada di bawah. Di daerah asalnya, kain tenun Ende dipakai untuk upacara adat, pesta, atau ibadah di masjid atau gereja.
"Umumnya kain Ende dibuat hanya untuk keperluan pribadi misal sebagai persembahan para orangtua untuk anaknya. Tapi kalau sedang butuh uang, baru kain dibuat untuk dijual," terang Ali. (dng/hst)
Health & Beauty
Auto Cantik! Styling Rambut Jadi Cepat & Mudah dengan NVMEE Taurus Hair Styler 2.0
Health & Beauty
Wajib Dicoba! 3 Body Lotion Wangi & Melembabkan Yang Bikin Mood Naik dan Kulit Makin Glowing
Health & Beauty
Yuk Kenalan Sama Blackmores Ultimate Radiance Skin, Suplemen Kulit dari Dalam Untuk Wajah Glowing dan Awet Muda!
Fashion
Anti Gerah dan Bau! 3 Jaket Sport ini Bisa Jadi Pilihan untuk Temani Aktivitasmu
Artikel Terkait
ARTIKEL LAINNYA
Met Gala Dikritik Soal Keterlibatan Jeff Bezos, Ini Tanggapan Anna Wintour
Terungkap Detail Kalung Mewah J.Lo di Pernikahan Crazy Rich India yang Viral
Tobatenun Gelar Mauliate, Lelang Koleksi untuk Korban Bencana di Sumatera
Kolaborasi Teranyar BRI Buka Ruang Baru bagi UMKM Naik Kelas
Saat Peron Subway New York City Jadi Catwalk Busana Mewah Chanel
Most Popular
1
Potret Bhavitha Mandava, Model India Cetak Sejarah, Direkrut di Stasiun Kereta
2
7 Foto Mesra Dearly Djoshua & Ari Lasso, Kini Umumkan Putus
3
7 Foto Prewedding Vintage Amanda Zahra & Adli, Intim di Kamar Tidur
4
Penumpang Pesawat Ramai-Ramai Pakai Piama di Bandara, Ada Apa?
5
Ratu Kecantikan Nangis Dijatuhi Hukuman Seumur Hidup, Tewaskan Anak Kekasih
MOST COMMENTED












































Foto: Daniel Ngantung
Foto: Daniel Ngantung
Foto: Daniel Ngantung
Foto: Daniel Ngantung