Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Hari Batik Nasional

Yang Membuat Motif Batik Kini Dimodifikasi Jadi Lebih Modern

Intan Kemala Sari - wolipop
Jumat, 02 Okt 2015 14:57 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Foto: M. Abduh/Wolipop
Jakarta -

Modifikasi motif batik yang dilakukan oleh para perancang busana seakan membawa 'angin segar' bagi perkembangan industri mode Indonesia. Misalnya saja, perpaduan batik motif kawung yang dikombinasikan dengan motif gunting, batik Jawa alas-alasan yang digabungkan dengan motif pisau, pipa, dan botol.

Desainer Bai Soemarlono dari Populo Batik termasuk salah satu yang melakukan modifikasi pada motif batik ini. Bai mengungkapkan perkembangan zaman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi motif-motif batik yang dimodifikasi. Menurutnya, meski batik sudah menjadi warisan budaya yang dilestarikan secara turun-temurun, namun masih banyak orang yang belum ingin mengenakannya.

"Memang kalau kita lihat, batik tradisional kan bagus sekali. Tapi terkadang terlalu 'ramai' kalau dijadikan pakaian atau item fashion lainnya. Jadi ada orang-orang tertentu yang tidak mau pakai itu, mereka hanya mengagumi saja, seperti saya," tutur Bai saat diwawancarai Wolipop via e-mail, Selasa, (29/9/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas dasar itulah, ia bersama rekannya, Joseph Lim membuat batik sendiri yang lebih sederhana baik dari segi motif maupun warnanya, namun tidak melupakan pakem-pakem pembuatan batik. Batik karya Populo Batik tersebut kini diterima pasar dengan baik. Bahkan klien Bai dan Joseph bukan hanya datang dari Tanah Air, tapi juga negara lain.

Baca Juga: 50 Inspirasi Batik Modern

Sementara itu menurut pendiri label busana batik TIKprive, Iwet Ramadhan, memodifikasi motif batik agar bisa diterima kaum yang lebih modern bukan satu-satunya penyebab kini bermunculan batik versi modern. Dalam pandangan Iwet, imej bahwa batik merupakan sesuatu yang 'kuno' juga sangat berpengaruh terhadap banyaknya motif batik yang dimodifikasi.

Tetapi karena modifikasi tersebut tidak diikuti dengan pemahaman yang tinggi tentang suatu makna di balik sebuah motif batik, akhirnya proses modernisasi batik ini menurut Iwet menjadi 'salah arah'. "Padahal, andai saja orang-orang paham bahwa sebenarnya motif batik klasik itu yang paling menyimpan banyak cerita filosofi serta sejarah, maka orang-orang mungkin akan lebih menghargai motif batik klasik dan tidak akan memodifikasinya,” jelas pria yang merilis buku β€˜Cerita Batik’ pada 2013 itu saat diwawancarai Wolipop, Senin, (28/9/2015).

Meski demikian Iwet mengakui tidak mudah untuk 'melarang' orang untuk tidak memodifikasi batik, karena hal itu menyangkut proses kreatifitas seseorang yang tidak boleh dibatasi. Pria 34 tahun itu berpendapat, proses modifikasi motif batik ini pada akhirnya menjadi terasa dilematis.

Maksudnya, jika suatu motif batik terlalu dimodifikasi maka motif batik klasik itu akan hilang. Sementara itu, apabila motif batik tersebut tidak dimodifikasi, dikhawatirkan batik tidak akan berkembang.

(itn/eny)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads