Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network

Kemeriahan Fashion Show Anne Avantie di Keraton Surakarta

wolipop
Sabtu, 28 Mei 2011 14:26 WIB

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Jakarta - Pelataran Sasana Sewaka Keraton Surakarta, Jumat (27/5/2011) benar-benar hingar-bingar dan mandi cahaya. Sejak didirikan tahun 1745, mungkin baru kali ini di lokasi tersebut digelar acara sedemikian meriah menyerempet tabu tatanan kraton itu sendiri.

Kemeriahan itu adalah pergelaran tunggal karya perancang kenamaan, Anne Avantie. Acara dibuka oleh Menneg PP, Linda Gumelar, tersebut diberi tajuk 'Anne, Cinta & Sahabat'. Dengan acara itu, perancang 57 tahun tersebut menandai 22 tahun kiprahnya di dunia mode dengan mempersembahkan pergelaran itu untuk orang-orang yang turut membesarkannya ketika dia kecil dan hingga remaja di Solo.

Sebagaimana khas Anne selama ini, rancangannya didominasi serba kebaya. Para model yang tampil dari model muda seperti Atiqah Hasiholan, Arzeti, Ira Wibowo, hingga Marini, Widyawati, dan Rima Melati. Mereka melenggang diiringi nuansa musik Jawa dan keroncong khas Solo garapan komponis Rahayu Supanggah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampil pula penyanyi Titiek Puspa, Vina Panduwinata, Kris Dayanti, Waldjinah dan beberap penyanyi lokal lainnya yang ikut memeriahkan panggung yang dirancang di sela-sela pohon sawo kecik yang telah berumur ratusan tahun.

"Pada pergelaran kali ini, sejujurnya saja saya sudah tak ingin dinilai tentang model atau rancangannya. Sepenuhnya saya ingin dinilai secara utuh sebagai sebuah ekspresi cinta saya kepada orang-orang tercinta yang turut membimbing dan membesarkan saya semenjak kecil," ujar Anne sebelum acara dimulai.

Adapun panggung yang digunakan pun tak kalah spektakuler. Halaman Sasana Sewaka Kraton Surakarta, dipasangi panggung panjang sebagai catwalk. Di ujung panggung bagian selatan dibangun replika bangsal keputren, sehingga seolah semua peraga tampil dan muncul dari dalam keputren.

Sasana Sewaka adalah salah satu bangunan inti keraton yang teramat disakralkan. Di lokasi itulah sang raja duduk di atas singgasana untuk menerima para abdidalem keraton yang duduk bersimpuh di bawahnya.

Jangankan berjingkrak, berjalan melenggang pun orang akan ditabukan ketika melewati bangunan tersebut, sebagai tanda hormat kepada raja, meskipun sang raja sedang tak ada di tempat itu. Jangankan berteriak, bicara sedikit keras saja pasti akan ditegur oleh penjaganya.

Anne bukan sembarangan. Dia berani menggunakan lokasi itu atas tawaran dan persetujuan GKR Timur, putri Paku Buwono XIII Hangabehi. Setelah melakukan survei dan pendalaman selama tiga bulan, Anne memutuskan untuk menggunakan tempat itu.

"Kami patuh terhadap semua aturan yang diperbolehkan dan menghormati semua yang dilarang. Bahkan kami juga melakukan ritual-ritual yang dipersyaratkan pihak keraton kepada kami. Inilah bagian dari penghormatan kami," ujar Anne.

GKR Timur juga punya alasan sendiri untuk menawarkan lokasi tersebut. Menurutnya kraton harus mulai membuka diri menerima pihak luar yang ingin masuk untuk memperkenalkan keraton lebih luas. Dengan bersikap lebih terbuka maka keraton akan lebih diperhitungkan sebagai salah satu ikon budaya.

"Kami merasa sangat diuntungkan dengan pagelaran ini. Mbak Anne bersedia memperbaiki beberapa lokasi di keraton yang sudah usang, termasuk mengecat ulang beberapa bangunan. Terus terang kami tak punya dana untuk semua itu," ujar Timur.

Selaku ketua panitia, Ratu Timur juga mengaku telah melakukan kompromi. Panggung misalnya, tidak boleh dibangun lebih tinggi dari lantai Sasana Sewaka. Kursi penonton juga tidak boleh membelakangi Sasana Sewaka dan kamar pusaka yang berada di sebelahnya.

Namun demikian tak urung beberapa pihak di keraton menganggap pergelaran itu langkah kurang ajar terhadap tradisi. Sebagai bagian dari sikap tradisi, beberapa bangunan keraton harus tetap dihormati jika memang semua keluarga keraton akan tetap mempertahankan tradisi kraton yang telah terjaga ratusan tahun.

Pastinya Anne punya pembelaan juga. Menurutnya, keterbukaan adalah awal dari perubahan. Tradisi yang dipertahankan bukan berarti harus menjadi beku pada ikatan-ikatan kaku.

Dia menyontohkan, saat awal berkarir banyak orang yang menuding dirinya merusak pakem kebaya. Namun sekarang jauh lebih banyak orang yang meniru jika dibanding orang-orang yang menghujatnya dulu.

"Semoga keterbukaan kraton ini menjadi seiring dengan perubahan jamannya. Agar keraton masih tetap menjadi bagian dari Solo dan jaman yang terus berubah," ujarnya.

(mbr/kik)

Anda menyukai artikel ini

Artikel disimpan

Artikel Fokus Selanjutnya
Artikel Terkait
Wolipop Signature
Detiknetwork
Hide Ads