Isabel Paterson merasa berutang budi kepada wanita yang telah menyumbangkan embrionya untuk ibunya. Dengan embrio tersebut, Isabel lahir di dunia.
"Namaku Isabel. Aku lahir setelah penggunaan salah satu embrio yang kamu dan suamimu sumbangkan dengan begitu murah hati," tulis Isabel dalam penggalan suratnya.
Surat terbuka tersebut sudah dengan restu ibunya Sarah yang ditujukan untik Marie Tortoise. Dia wanita yang menjalani perawatan kesuburan di Manchester beberapa dekade lalu dan telah menyumbangkan embrio yang akan diimplan ke Sarah dan menghasilkan Isabel.
Hingga suatu hari, Isabel bertemu dengan Marie. Pertemuan tersebut terjadi di halaman rumah Marie, di mana keduanya berpelukan dan diamati oleh Sarah.
"Ini luar biasa. Bukan hanya pelukan, kamu bisa melihat Marie mencium aroma Isabel. Kemiripan biologis terlihat oleh semua orang," ungkap Sarah.
"Yang membuat saya terkesan saat melihat mereka bersama adalah bagaimana mereka tertawa bersama. Mereka sama-sama tertawa besar dan keras, melemparkan kepala mereka ke belakang. Tapi yang saya adalah bahwa saya merasa mengenal Marie. Tapi kemudian saya menyadari tentu. Saya mengandung DNA Marie, anak genetiknya, jadi tentu saja saya akan mengenalinya. Dan ketika saya melihat mata Marie, saya melihat gadis yang saya sayang itu," jelas Sarah lagi.
Konsep biologi tidak penting dalam keadaan seperti ini langsung terbantahkan. Nyatanya hubungan secara biologis terlihat sangat mendalam. Betapa banyaknya kemiripan Isabel dan Marie yang juga memiliki putri kandung itu.
Simak Video "Video: Masyarakat Desak Hadirnya Ruang Publik yang Aman dari Kekerasan"
(kik/kik)