Foto: Kebaya Emas Puan Maharani di Sidang Tahunan 2024, Simbol Harapan

Puan Maharani tampil ayu di Sidang Tahunan MPR 2024 yang digelar di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, pada Jumat (16/8/2024). Kebaya kutubaru emas dengan detail payet memukau rancangan Didiet Maulana menemani penampilan Ketua DPR RI itu. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Puan Maharani tampil ayu di Sidang Tahunan MPR 2024 yang digelar di Gedung MPR/DPR RI, Senayan, Jakarta, pada Jumat (16/8/2024). Kebaya kutubaru emas dengan detail payet memukau rancangan Didiet Maulana menemani penampilan Ketua DPR RI itu. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Ada alasan tersendiri kenapa warna emas menjadi pilihan. “Kami mempersembahkan Kebaya model Kutubaru berwarna emas yang terinspirasi dari sebuah optimisme yang saya rasa patut dimiliki dalam melihat potensi indah yang dimiliki dalam diri. Bahwa setiap kita adalah emas,” tulis Didiet di Instagram. (Foto: Instagram/@didietmaulana)

Ada alasan tersendiri kenapa warna emas menjadi pilihan. “Kami mempersembahkan Kebaya model Kutubaru berwarna emas yang terinspirasi dari sebuah optimisme yang saya rasa patut dimiliki dalam melihat potensi indah yang dimiliki dalam diri. Bahwa setiap kita adalah emas,” tulis Didiet di Instagram. (Foto: Instagram/@didietmaulana)

Sebagaimana sebuah kebaya klasik, sebuah selendang turut melengkapi gaya Puan. Adapun sutera sebagai material utama, kata Didiet, merepresentasikan kelembutan, ketenangan, dan kedamaian. (Foto: Instagram/@didietmaulana)

Sebagaimana sebuah kebaya klasik, sebuah selendang turut melengkapi gaya Puan. Adapun sutera sebagai material utama, kata Didiet, merepresentasikan kelembutan, ketenangan, dan kedamaian. (Foto: Instagram/@didietmaulana)

Aksesori lain yang juga mengambil peranan penting adalah bros berbentuk kupu-kupu yang disematkan pada panel tengah kebaya brokat tersebut. Didiet memaparkan, “Motif kupu-kupu banyak ditampilkan dalam berbagai motif wastra di Indonesia. Melambangkan metamorfosa, bahwa semua adalah proses yang harus dibangun satu per satu.” (Foto: Instagram/@didietmaulana)

Aksesori lain yang juga mengambil peranan penting adalah bros berbentuk kupu-kupu yang disematkan pada panel tengah kebaya brokat tersebut. Didiet memaparkan, “Motif kupu-kupu banyak ditampilkan dalam berbagai motif wastra di Indonesia. Melambangkan metamorfosa, bahwa semua adalah proses yang harus dibangun satu per satu.” (Foto: Instagram/@didietmaulana)

Kain batik tulis yang dipilih sebagai bawahan pun sarat filosofi. Terdapat motif sulur dan buketan yang melambangkan keindahan dan proses yang bertumbuh. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Kain batik tulis yang dipilih sebagai bawahan pun sarat filosofi. Terdapat motif sulur dan buketan yang melambangkan keindahan dan proses yang bertumbuh. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Aksen motif kawung ikut menghiasi kain pada bagian pinggir. Motif Kawung, kata Didiet, merupakan simbol kemurnian, kebaikan dan persatuan. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Aksen motif kawung ikut menghiasi kain pada bagian pinggir. Motif Kawung, kata Didiet, merupakan simbol kemurnian, kebaikan dan persatuan. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Puan kemudian menyempurnakan gayanya dengan sepasang sandal heels  emas berbentuk pita, serta riasan yang dilengkapi sanggul. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Puan kemudian menyempurnakan gayanya dengan sepasang sandal heels  emas berbentuk pita, serta riasan yang dilengkapi sanggul. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Penampilan tersebut menemani Puan mengantarkan pidatonya di sidang tahunan terakhir Jokowi sebagai presiden RI. “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan. Akan tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. All for one, one for all,” ujarnya.  (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)

Penampilan tersebut menemani Puan mengantarkan pidatonya di sidang tahunan terakhir Jokowi sebagai presiden RI. “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan. Akan tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu buat semua, semua buat satu. All for one, one for all,” ujarnya.  (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)